Nah, fenomena itu dulu coba dijelaskan lewat teori somatotipe — teori klasik yang dikenalkan oleh William Herbert Sheldon, seorang psikolog asal Amerika di tahun 1940-an.
Teori ini mencoba mengelompokkan bentuk tubuh manusia jadi tiga tipe utama:
- Ectomorph — tubuh kurus, ramping, tulang kecil.
- Mesomorph — tubuh berotot, kekar, atletis.
- Endomorph — tubuh bulat, cenderung mudah menyimpan lemak.
Sheldon bahkan membuat sistem penilaian 1–7 untuk tiap tipe tubuh.
Misalnya, seseorang dengan skor 2-6-2 dianggap dominan mesomorph, alias punya proporsi otot paling kuat dibanding lemak atau tinggi badan.
Sistem ini dulu dipakai dengan metode Heath-Carter, yaitu pengukuran lipatan kulit, lingkar tubuh, dan diameter tulang.
Sekarang sih, alat-alat modern seperti pemindaian 3D dan analisis bioimpedansi udah jauh lebih canggih — tapi idenya masih sama: mengenali komposisi tubuh supaya bisa tahu cara terbaik menjaga kebugaran dan performa.
Ciri-Ciri Fisik Mesomorph: Si Atlet Alamiah
Kalau kamu punya bahu lebar, pinggang kecil, otot dada jelas, dan tangan kaki yang berisi tapi proporsional, selamat — kamu mungkin termasuk mesomorph!
Mereka ini ibarat “tulang atlet” bawaan lahir. Struktur tulangnya kuat, posturnya tegap, dan bentuk badannya sering terlihat seperti huruf V.
Ciri khas lain:
- Massa otot tinggi, tapi lemak tubuh relatif rendah.
- Tinggi badan sedang sampai tinggi.
- Sendi tulang terlihat jelas dan kuat.
Tipe tubuh ini sering jadi dominan di dunia olahraga seperti tinju, gulat, rugby, dan angkat besi. Riset menunjukkan bahwa mesomorph dengan skor tinggi (4–6) punya genggaman tangan kuat, loncatan vertikal bagus, dan daya ledak tinggi — cocok banget buat olahraga yang butuh power.
Genetik dan Hormon: Faktor yang Bikin Mesomorph Tampil Beda
Tipe tubuh ini nggak cuma hasil dari latihan, tapi juga faktor genetik. Studi kembar menunjukkan bahwa sekitar 50–70% bentuk tubuh ditentukan oleh gen, sisanya baru bisa dipengaruhi oleh lingkungan, seperti pola makan dan latihan.
Salah satu gen yang sering dibahas adalah ACTN3, yang berhubungan dengan serat otot cepat alias fast-twitch muscle fibers.
Gen ini banyak ditemukan pada orang dengan tipe mesomorph, karena mendukung kecepatan dan kekuatan otot.
Menariknya, populasi keturunan Afrika Barat seperti pelari sprint Jamaika atau atlet Amerika-Afrika punya kecenderungan alami ke arah mesomorph — hasil dari adaptasi evolusi terhadap aktivitas fisik intens selama berabad-abad.
Secara hormonal, orang mesomorph biasanya punya kadar testosteron lebih tinggi, yang bikin otot lebih mudah terbentuk dan lemak lebih cepat terbakar.
Bahkan penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikrobiota usus juga ikut berperan: eksperimen pada hewan menunjukkan perubahan tipe tubuh setelah transplantasi mikrobiota dari individu mesomorph.
Artinya, bukan cuma gen, tapi juga “ekosistem” tubuh ikut menentukan.
Metabolisme dan Kesehatan: Mudah Berotot, Tapi Tetap Waspada
Mesomorph punya metabolisme sedang — nggak secepat ectomorph tapi lebih baik dari endomorph. Artinya, mereka gampang membentuk otot lewat latihan kekuatan, tapi kalau malas olahraga, lemak juga bisa cepat menumpuk.
Kelebihannya, tubuh mesomorph biasanya:
- Punya tekanan darah stabil.
- Lebih tahan terhadap risiko diabetes tipe 2.
- Respons latihan sangat bagus, terutama pada program resistensi dan power training.
Dalam dunia atletik modern, banyak pelatih pakai analisis somatotipe digital buat menentukan program latihan dan pencegahan cedera.
Misalnya, atlet dengan bahu sangat lebar dan otot besar butuh program peregangan lebih banyak supaya nggak cedera bahu atau punggung.
Kritik dan Relevansi di Era Modern
Walau teori somatotipe punya sejarah panjang, banyak ilmuwan sekarang menganggapnya terlalu kaku dan deterministik.
Sheldon dulu bahkan mengaitkan bentuk tubuh dengan kepribadian — misalnya, ia bilang orang mesomorph cenderung percaya diri dan aktif (somatotonic).
Tapi teori ini dianggap lemah karena nggak punya dasar ilmiah kuat.
Kini para peneliti sepakat: somatotipe itu bukan kategori mutlak, tapi spektrum yang bisa berubah tergantung gaya hidup, nutrisi, dan aktivitas fisik.
Meski begitu, konsep ini tetap berguna di ilmu olahraga modern, terutama untuk profiling atlet.
Dengan bantuan AI dan bioelectrical impedance (BIVA), pengukuran somatotipe bisa dipakai buat menyusun program latihan personal.
Namun, ada catatan penting: penelitian masih kurang melibatkan perempuan dan keragaman etnis, padahal faktor-faktor itu juga berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan metabolisme.
Mesomorph, Bakat Alam atau Hasil Latihan?
Pada akhirnya, mesomorph adalah gabungan dari genetik, hormon, dan gaya hidup. Mereka memang punya “bonus alami” untuk tampil atletis, tapi tanpa latihan dan pola hidup sehat, keunggulan itu bisa hilang juga.
Jadi, kalau kamu merasa punya ciri-ciri mesomorph — manfaatkan sebaik mungkin! Bangun rutinitas olahraga, jaga nutrisi, dan kenali potensi tubuhmu. Ingat, teori Sheldon boleh tua, tapi konsep memahami tubuh sendiri tetap relevan di era digital ini.