Header Ads Widget


Banyak orang berpikir “no pain, no gain” adalah kunci keberhasilan dalam olahraga. 

Padahal, ketika tubuh sedang kelelahan, memaksakan diri untuk workout justru bisa jadi bumerang. 

Secara ilmiah, tubuh manusia punya mekanisme alami yang menuntut keseimbangan antara stres (latihan) dan pemulihan (rest). 

Melewatkan fase istirahat berarti mengabaikan fase terpenting dari pertumbuhan otot dan kesehatan.

Secara fisiologis, latihan fisik menimbulkan microtears—robekan kecil di serat otot. 

Inilah yang menyebabkan rasa pegal atau nyeri otot setelah olahraga, disebut delayed onset muscle soreness (DOMS). 

Proses penyembuhan robekan kecil ini membutuhkan waktu dan energi. 

Saat tubuh diberi istirahat yang cukup, sel-sel satelit di otot akan memperbaiki jaringan rusak dan membentuk otot yang lebih kuat. 

Namun, jika latihan dilakukan terus tanpa jeda, proses perbaikan ini terganggu. 

Akibatnya, performa menurun, daya tahan tubuh melemah, bahkan risiko cedera meningkat.

Tubuh yang kelelahan juga mengalami ketidakseimbangan hormon. Latihan berat meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol. 

Jika kamu terus memaksakan diri saat lelah, kortisol akan tetap tinggi dan menekan produksi hormon testosteron serta hormon pertumbuhan (growth hormone). 

Padahal, kedua hormon itu penting untuk regenerasi sel dan pertumbuhan otot. 

Kondisi ini disebut overtraining syndrome—ditandai dengan kelelahan kronis, sulit tidur, penurunan performa, hingga perubahan suasana hati seperti mudah marah atau sedih tanpa sebab.

Selain itu, sistem kekebalan tubuh juga ikut terdampak. Studi dalam Journal of Applied Physiology menunjukkan bahwa olahraga intens tanpa istirahat cukup bisa menurunkan fungsi sistem imun hingga 40%. 

Saat tubuh terlalu lelah, sel darah putih menurun, membuat seseorang lebih rentan terserang flu, infeksi, atau peradangan otot. 

Jadi, memaksakan latihan ketika badan capek bukan tanda disiplin—itu tanda kamu menolak mendengarkan tubuh sendiri.

Istirahat bukan berarti malas. Dalam dunia olahraga, recovery adalah bagian dari program latihan itu sendiri. 

Pemulihan aktif, seperti jalan santai, peregangan ringan, atau yoga, membantu melancarkan sirkulasi darah dan mempercepat pengiriman nutrisi ke otot yang lelah. 

Sedangkan tidur berkualitas selama 7–9 jam per malam adalah fase emas regenerasi tubuh. Saat tidur, hormon pertumbuhan dilepaskan secara maksimal, mempercepat penyembuhan dan pembentukan otot baru.

Kesimpulannya, istirahat bukan musuh workout—ia adalah partner sejati. Tubuh yang diberi waktu pulih akan kembali lebih kuat, lebih bugar, dan lebih siap untuk latihan berikutnya. 

Jadi, kalau badanmu terasa berat, sendi nyeri, atau pikiran kusut, itu bukan tanda lemah. Itu sinyal biologis bahwa tubuh sedang butuh jeda. 

Dengarkan dia, beri istirahat yang layak, dan kamu akan menemukan bahwa kemajuan fisik justru datang dari keseimbangan antara kerja keras dan pemulihan.

Latihan keras tanpa istirahat sama saja seperti menulis tanpa berpikir: hasilnya bukan kemajuan, tapi kerusakan perlahan.

Post a Comment

Kasih koment di sini bro, met nikmatin isi blognya ya, keep safety