Gula adalah bahan bakar utama tubuh, tapi seperti bensin, kalau kebanyakan justru bisa bikin “mesin” tubuh rusak.
Tubuh manusia punya mekanisme ketat untuk menjaga kadar gula darah (glukosa) tetap stabil.
Ketika asupannya berlebihan atau metabolisme terganggu, kadar gula darah bisa melonjak dan menimbulkan gejala yang sering diabaikan.
Secara ilmiah, kelebihan gula dalam darah disebut hiperglikemia. Kondisi ini terjadi ketika hormon insulin—yang bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel—tidak bekerja optimal atau jumlahnya tidak cukup.
Akibatnya, gula menumpuk di darah dan tidak diubah menjadi energi.
Tanda-tanda tubuh kebanyakan gula biasanya muncul bertahap. Gejala awalnya bisa berupa sering haus dan sering buang air kecil.
Ini terjadi karena ginjal berusaha membuang kelebihan glukosa lewat urin, sehingga tubuh kehilangan banyak cairan.
Selain itu, mudah lapar dan cepat lelah juga umum terjadi karena sel-sel tidak mendapatkan energi yang cukup meski kadar gula darah tinggi.
Tanda lain yang sering tidak disadari adalah penglihatan kabur, karena kelebihan glukosa dapat menarik cairan ke dalam lensa mata dan mengubah fokus penglihatan.
Kulit kering dan gatal, luka yang sulit sembuh, serta infeksi jamur berulang juga menjadi sinyal bahaya.
Semua ini akibat gula tinggi yang melemahkan sistem imun dan memperlambat proses regenerasi sel.
Dalam jangka panjang, hiperglikemia bisa merusak pembuluh darah, saraf, dan organ vital seperti jantung dan ginjal.
Yang menarik, peningkatan gula darah tidak selalu datang dari konsumsi makanan manis seperti kue atau permen.
Ada banyak hal yang bisa meningkatkan gula darah tanpa disadari.
Misalnya, stres kronis. Saat stres, tubuh melepaskan hormon kortisol dan adrenalin yang memicu pelepasan glukosa dari hati sebagai sumber energi cepat.
Jika stres berlangsung lama, gula darah akan terus tinggi meskipun pola makan terlihat normal.
Selain itu, kurang tidur juga punya efek serupa. Penelitian menunjukkan bahwa tidur kurang dari enam jam per malam dapat mengganggu kerja insulin dan meningkatkan resistensi insulin.
Begitu pula dengan konsumsi karbohidrat olahan seperti nasi putih, roti putih, atau minuman berpemanis, yang cepat diserap tubuh dan membuat gula darah melonjak tiba-tiba.
Beberapa obat-obatan, seperti kortikosteroid atau pil KB tertentu, juga bisa memicu peningkatan gula darah.
Bahkan dehidrasi ringan mampu membuat kadar glukosa tampak tinggi karena konsentrasi gula dalam darah meningkat saat cairan tubuh berkurang.
Untuk mencegahnya, tubuh perlu dijaga agar tetap seimbang. Pola makan dengan indeks glikemik rendah—seperti sayur, buah berserat, dan biji-bijian utuh—membantu menjaga kestabilan gula darah.
Aktivitas fisik teratur juga penting, karena otot yang aktif membantu membakar glukosa.
Kelebihan gula bukan hanya soal manisnya makanan, tapi juga cerminan dari gaya hidup modern yang serba cepat dan stres tinggi.
Mengenali tanda-tandanya lebih awal bisa menyelamatkan tubuh dari komplikasi jangka panjang, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
Dalam hal ini, sedikit kesadaran bisa jauh lebih manis daripada gula itu sendiri.
