Banyak pria menganggap volume dan kekentalan sperma sebagai tanda kejantanan.
Tapi dari sisi ilmiah, hal itu lebih tepat disebut sebagai indikator kesehatan sistem reproduksi.
Kekentalan sperma dipengaruhi oleh kombinasi antara gaya hidup, nutrisi, dan kebiasaan biologis yang teratur. Berikut penjelasan ilmiahnya.
1. Asupan Air Mineral yang Cukup
Tubuh manusia, termasuk cairan semen, sebagian besar tersusun dari air. Sekitar 95% volume semen terdiri dari cairan plasma seminalis, yang fungsinya membawa dan melindungi sperma.
Jika tubuh kekurangan cairan, maka semen cenderung menjadi kental dan jumlahnya sedikit. Dehidrasi ringan saja bisa menurunkan volume ejakulasi hingga 20–30%.
Idealnya, pria dewasa membutuhkan 2–3 liter air per hari, tergantung aktivitas fisik dan suhu lingkungan.
2. Makanan Seimbang dan Asupan Protein yang Cukup
Sperma diproduksi di testis melalui proses spermatogenesis, yang membutuhkan pasokan asam amino dari protein.
Protein berperan dalam pembentukan enzim dan hormon, termasuk testosteron, yang mengatur produksi sperma.
Makanan seperti telur, ikan laut (salmon, tuna), daging tanpa lemak, tempe, dan tahu sangat membantu menjaga kualitas sperma.
Kekurangan protein bisa membuat sperma lebih encer dan jumlahnya menurun. Selain itu, makanan berlemak sehat (omega-3) juga meningkatkan elastisitas membran sel sperma agar lebih kuat berenang.
3. Konsumsi Buah-Buahan yang Meningkatkan Jumlah Sperma
Beberapa buah memang punya reputasi ilmiah dalam meningkatkan kualitas sperma karena kandungan antioksidan dan mikronutriennya. Di antaranya:
- Pisang: mengandung bromelain, enzim alami yang membantu mengatur hormon seks pria dan meningkatkan libido.
- Delima: kaya antioksidan polifenol yang memperbaiki kualitas dan motilitas sperma (kemampuan berenang).
- Jeruk dan kiwi: sumber vitamin C tinggi, yang mencegah kerusakan DNA sperma akibat stres oksidatif.
- Alpukat: mengandung vitamin E dan asam folat untuk memperbaiki membran sel sperma.
Konsumsi rutin buah-buahan ini bisa membantu tubuh menghasilkan sperma lebih banyak dan lebih padat.
4. Jadwal Keluarnya Sperma Teratur (Minimal Seminggu Sekali)
Penelitian menunjukkan bahwa ejakulasi teratur membantu memperbarui populasi sperma yang sehat.
Jika sperma terlalu lama disimpan (lebih dari 10 hari tanpa ejakulasi), kualitasnya menurun — banyak sperma mati atau rusak DNA-nya.
Sebaliknya, terlalu sering ejakulasi (setiap hari) bisa menurunkan volumenya karena kelenjar seminal belum sempat mengisi ulang cairan.
Idealnya, ejakulasi dilakukan 2–3 kali seminggu, atau minimal sekali dalam seminggu, agar keseimbangan antara regenerasi dan volume tetap terjaga.
5. Tidak Merokok
Nikotin dan zat kimia lain dalam rokok diketahui merusak DNA sperma, mengganggu produksi testosteron, dan menyempitkan pembuluh darah testis.
Studi dari Human Reproduction menyebutkan bahwa pria perokok memiliki jumlah sperma hingga 23% lebih rendah dibandingkan non-perokok, serta peningkatan sperma abnormal.
Berhenti merokok selama 3 bulan — satu siklus penuh spermatogenesis — terbukti bisa memperbaiki kualitas sperma secara signifikan.
Sperma yang kental dan melimpah bukan sekadar simbol virilitas, melainkan tanda tubuh yang terhidrasi, bergizi, dan bebas dari kebiasaan merusak.
Menjaga pola makan seimbang, minum cukup air, konsumsi buah kaya antioksidan, mengatur frekuensi ejakulasi, dan menjauhi rokok adalah langkah ilmiah paling masuk akal untuk mempertahankan kualitas sperma prima.
Tubuh yang sehat adalah pabrik sperma yang efisien — dan pabrik yang efisien selalu menghasilkan produk terbaik.