"Kakak pengen digenjot sama kamu," ucapku pada Rif.
Rif terkejut, badannya terasa mengeras di antara himpitanku.
- 00-
Aku dengar Rif sedang berlibur di Bandung, dia tinggal di rumah lamanya, hanya beberapa langkah dari rumahku.
Rif bukan orang asing, kami masih punya hubungan kekerabatan. Kakaknya menikah dengan kakakku, dari segi usia dia juga masih di bawahku. Jadi tak ada salahnya aku menyebutnya adik ipar.
Sejak kecil hingga SMP dia tinggal di sini, pindah ke luar kota ketika SMA hingga sekarang, di akhir masa perkuliahan.
Rumah itu udah jadi milik Rif setelah bagi waris pasca meninggalnya ayahnya. Bagi Rif itu rumah bersejarah, dia lahir dan tumbuh remaja di sana.
Aku mengunjungi Rif, dan kami berpelukan erat. Rasa rindu tak bisa ditawar. Kami seperti sodara kandung, bahkan banyak yang mengira kami memang sodara kandung.
Aku melihat tangan Rif berbalut perban, dia baru jatuh dan masih masa penyembuhan.
Selama di Bandung aku lah yang menemani Rif, tinggal di rumahnya, jalan-jalan dan kadang nyari makan di luar.
Di rumah itu Rif tinggal sendiri, sesekali aja dia ke rumah ibunya, tapi sepertinya dia tak terlalu akrab dengan keluarga barunya, dan memilih menginap di rumahnya sendiri.
Hari ini aku tak bisa menemaninya karena ada acara reuni teman SMA.
"Gpp kak, nanti anton kesini bakal nemenin," jelasnya.
Anton? Aku tau anton adalah teman SMP Rif, mereka teman lama, dan itu melegakanku. Entah kenapa aku sangat mengkhawatirkan Rif.
- 00-
Pintu setangah terbuka dan aku masuk begitu saja ke rumah, terdengar suara anton dan rif dari dalam kamar, sepertinya mereka sedang ngobrol atau bergurau ringan.
Pintu kamar Rif juga tak tertutup rapat, selintas kulihat pemandangan tak biasa.
"Pelan-pelan njiirrrr," ucap rif ke anton.
Mereka tertawa cekikikan, kulihat anton megang kontol rif dan menjilati dengan nafsu.
"Geli njiiirrr, wkwkwk."
Aku hanya menelan ludah melihat pemandangan itu.
"Lu top kan? Genjot gw lah," pinta anton.
"Tanganku lagi sakit, gak bisa buat numpu."
"Yodah gue yang di atas, gue goyang kontol lu dari atas, hahaha."
"Kamu binal banget sekarang ya, wkwkwk."
Aku tak mau mengganggu mereka dan akhirnya memilih pergi.
Sorenya, rif mengirimkan chat.
"Belum pulang kak?"
Lekas aku jawab. "Udah kok."
"Gak kesini?" tanyanya.
"Kan ada anton," jawabku.
"Udah pulang daritadi."
"Ya udah habis ini aku kesana."
- 00-
Malam itu aku datang sambil membawa martabak kesukannya, kami duduk berdua di depan televisi.
Rif tak tau kalau aku melihat "adegan panas" antara dia dan anton tadi.
Jelang malam, kami berpindah ke kamar, sebuah percakapan pun dimulai.
"Anton temen akrab ya?"
"Lumayan kak," jawabnya.
"Dia uke?"
Rif tampak terkejut. Dia memandang ke arahku, sepertinya ada sesuatu yang membuatnya terusik.
"I...i...ya," jawabnya.
"Kamu udah pernah ngewek dia?" tanyaku to the point.
"Gak pernah kak, enggak..."
"Terus?"
"Kami cuma temen kak, gak sejauh itu."
"Tapi kontolmu pernah disepong dia kan?"
Rif mulai terdesak. Lalu aku bangun dan menghimpitnya dari atas, hanya himpitan ringan karena aku tau tangannya masih sakit.
"Kak...kakak mau ngapain?"
"Fuck me," pintaku.
"Hah....."
Rif berwajah manis, badan slim berotot, kulit putih meski gak seputih aktor korea.
"Gak bisa kak, gak mungkin."
"Kenapa?"
"Gak bisa kalau harus melakukan itu sama kakak sendiri."
"Kita bukan sodara kandung."
"Tetep aja gak bisa kak, kakak udah kayak kakak kandung aku."
"Fuck me," lanjutku sambil menekan kedua tangannya.
"Sakit.. kak."
Aku tersadar dan lekas melepaskannya.
"Sorry sorry...."
Lanjut baca bagian selanjutnya KLIK DISINI