Beberapa wanita mengalami kondisi aneh saat berhubungan intim dengan suami: tiba-tiba seperti kencing dan sulit mengontrolnya.
Banyak yang malu atau bingung, karena biasanya yang keluar saat orgasme adalah cairan ejakulasi wanita, bukan air kencing.
Dalam dunia medis, fenomena ini disebut coital incontinence atau inkontinensia urin saat aktivitas seksual.
Ini bukan kejadian langka. Penelitian menunjukkan bahwa 35–56% wanita dengan masalah kontrol kandung kemih pernah mengalami urine keluar tanpa disadari saat penetrasi atau orgasme. Jadi kamu tidak sendiri.
Yang terjadi sebenarnya sangat sederhana secara fisiologis. Otot dasar panggul (pelvic floor) yang seharusnya berfungsi menahan kandung kemih mengalami kelemahan.
Pelvic floor adalah jaringan otot seperti “ayunan” yang menyokong organ-organ di panggul: kandung kemih, uretra, rahim, dan rektum.
Saat berhubungan intim, tekanan di dalam perut meningkat, saraf di area panggul aktif, dan penis menstimulasi area urethrovesical yang berada tepat di bawah kantong kandung kemih.
Jika otot-otot penahan kandung kemih lemah, urine bisa lolos keluar tanpa kendali.
Keluarnya urine ini berbeda dengan ejakulasi wanita (female ejaculation) maupun squirting.
• Ejakulasi wanita berasal dari kelenjar parauretra dengan cairan kental berisi enzim PSA.
• Squirting berasal dari kandung kemih, tetapi biasanya dalam jumlah sangat banyak saat orgasme.
• Coital incontinence adalah urine murni yang keluar karena otot kandung kemih tidak sanggup bertahan.
Kondisi ini lebih sering terjadi setelah melahirkan, pada wanita obesitas, menopause, infeksi kandung kemih berulang, atau terlalu sering menahan pipis.
Apakah wajar?
Wajar karena banyak dialami wanita, tetapi bukan kondisi “normal” tubuh sehat. Artinya ada gangguan kontrol otot panggul yang perlu diperbaiki.
Selain bikin tidak nyaman secara fisik, ini juga dapat memengaruhi kepercayaan diri dan kenyamanan seksual dengan pasangan.
Bagaimana mengatasinya?
Cara paling efektif adalah melatih pelvic floor dengan latihan Kegel. Caranya: kencangkan otot seperti menahan pipis 5–10 detik, lalu rileks 5–10 detik. Lakukan 10 kali per sesi, dua sesi sehari, total 60 kontraksi harian. Latihan rutin 4–8 minggu biasanya memberi hasil signifikan.
Selain itu, konsultasi ke dokter uroginekologi disarankan jika keluhan sering terjadi atau mengganggu hubungan seksual.
Apakah hal yang sama bisa terjadi pada pria saat anal sex?
Pada pria yang menerima penetrasi anal, kebocoran urine sangat jarang terjadi.
Anatomi pria memiliki otot sfingter uretra yang jauh lebih kuat, sehingga penetrasi tidak langsung menekan kandung kemih seperti pada wanita.
Risiko yang lebih umum pada pria justru inkontinensia feses (kebocoran tinja) jika otot sfingter anus cedera atau terlalu teregang.
Kebocoran urine bisa muncul jika pria punya masalah prostat, pernah operasi prostat, atau memiliki pelvic floor yang sangat lemah.
Kesimpulannya:
Urine keluar saat hubungan intim adalah tanda kelemahan otot panggul dan perlu dilatih atau diperiksa, bukan sesuatu yang memalukan. Tubuh memberi sinyal bahwa ia butuh dirawat, bukan disalahkan.
Topik kesehatan seksual seperti ini perlu dibicarakan terbuka, karena tubuh bekerja dengan logika biologis yang bisa dipahami dan diperbaiki.
Semakin kita paham mekanismenya, semakin mudah mencari solusi dan menikmati hubungan intim yang sehat.