Banyak orang malu mengakuinya, tapi hampir semua pernah merasakan sensasi lega luar biasa setelah buang air besar (BAB).
Rasanya seperti beban hilang, badan lebih rileks, bahkan mood membaik seketika.
Ternyata, sensasi ini bukan sekadar sugesti — ada penjelasan fisiologis dan neurologis yang sangat jelas di baliknya.
Mari kita kupas pelan-pelan.
1. Tekanan di Rektum Mendadak Hilang
Rektum kita dipenuhi stretch receptors, yaitu reseptor yang mendeteksi peregangan atau tekanan. Semakin banyak tinja menumpuk, semakin keras reseptor ini mengirim sinyal ke otak: “Hei, ini sudah penuh! Segera keluarkan!”
Saat akhirnya BAB, tekanan itu hilang secara mendadak. Reseptor berhenti mengirim sinyal “bahaya/tekanan”, dan otak menafsirkannya sebagai kelegaan besar. Inilah fase pertama yang membuat Anda merasa “ahhh…”.
2. Sistem Reward Otak Ikut Bekerja
Proses BAB yang lancar mengaktifkan saraf parasimpatis — sistem tubuh yang bertugas membuat kita rileks. Ketika sfingter ani relaks dan feses keluar, terjadi stimulasi kuat pada ujung-ujung saraf di area rektum dan anus.
Stimulasi ini memicu pelepasan beberapa zat kimia “bahagia”, seperti:
- Endorfin → pencipta euforia alami
- Dopamin → hormon “reward” yang menimbulkan rasa puas
- Oksitosin (dalam kadar kecil) → menenangkan dan membuat rileks
Kombinasi inilah yang sering digambarkan orang sebagai “nikmat banget”, bahkan secara ilmiah mirip orgasme ringan versi sistem pencernaan.
3. Refleks Defekasi yang Memuaskan
Ketika feses menyentuh rektum, tubuh otomatis menyalakan refleks rektosfingter, yang membuat sfingter dalam terbuka secara otomatis.
Saat kita mengikuti refleks ini dan benar-benar BAB, tubuh memberi “feedback positif” berupa rasa lega kuat — mekanisme evolusi agar manusia tidak menahan limbah terlalu lama.
Artinya: perasaan puas itu memang dirancang alam agar kita disiplin membuang sampah tubuh.
4. Hormon Stres Turun Drastis
Menahan tinja terlalu lama dapat meningkatkan tekanan dalam perut dan sedikit mengaktifkan sistem saraf simpatis (fight-or-flight). Detak jantung bisa naik, tubuh terasa tidak nyaman, dan mood pun ikut jelek.
Begitu BAB selesai, tubuh kembali ke mode parasimpatis (rest and digest).
Hasilnya:
- detak jantung menurun
- otot-otot rileks
- hormon stres seperti kortisol turun
Inilah asal rasa damai, tenang, dan “plong” setelah BAB.
5. Area Anus Sangat Kaya Saraf
Area sekitar anus dan rektum bawah memiliki kepadatan saraf sensorik yang sangat tinggi — selevel bibir atau ujung jari.
Ketika feses melewati area ini, saraf-saraf tersebut ikut terstimulasi dan otak menginterpretasikannya sebagai sensasi yang kuat, kadang mendekati “nikmat”, terutama jika BAB Anda lancar dan tidak sakit.
BAB Lancar Memang Bikin Bahagia
Rasa nikmat saat BAB adalah hasil kombinasi antara:
- hilangnya tekanan tiba-tiba
- pelepasan endorfin dan dopamin
- dominasi sistem parasimpatis
- stimulasi saraf sensorik yang sensitif
Tak heran jika banyak yang bilang, “BAB lancar itu anugerah.”
Secara biologis, memang begitu. BAB yang baik membuat otak bahagia, tubuh tenang, dan hidup terasa jauh lebih enak.
Jadi kalau hari ini BAB Anda lancar… nikmatilah. Itu tanda sistem tubuh bekerja sempurna!
