Di lingkungan kos, logika sering kalah cepat dari alarm pagi. Celana dalam ketinggalan kering, kelas sudah menunggu, lalu muncullah ide darurat: pakai punya teman.
Praktis? Iya. Aman? Nah, ini bagian yang perlu dibedah secara ilmiah.
Secara medis, celana dalam adalah pakaian dengan kontak langsung dan intens dengan area genital, anus, serta lipatan kulit yang lembap.
Area ini menjadi “rumah singgah” ideal bagi mikroorganisme: bakteri, jamur, hingga parasit mikroskopis.
Saat celana dalam dipakai bergantian, risiko penularan mikroorganisme meningkat signifikan, terutama jika kebersihan dan proses pencucian tidak optimal.
Jamur Candida misalnya, dapat berpindah melalui kain lembap dan menyebabkan infeksi jamur pada kulit atau kelamin.
Pada pria bisa muncul gatal, kemerahan, dan bau tak sedap; pada perempuan risikonya lebih luas karena anatomi vagina lebih sensitif terhadap perubahan flora mikroba.
Bakteri seperti Staphylococcus dan E. coli juga bisa menempel pada serat kain, apalagi bila celana dalam dipakai seharian dan berkeringat.
Efek lanjutannya bisa berupa infeksi kulit, bisul kecil, hingga iritasi kronis.
Masalah lain yang sering diremehkan adalah penyakit kulit menular. Skabies (kudis) dan kutu kemaluan memang tidak sepopuler flu, tapi mereka nyata dan tidak pilih-pilih korban.
Kontak tidak langsung melalui pakaian dalam yang terkontaminasi tetap memungkinkan penularan, terutama di hunian padat seperti kos.
Ditambah lagi, jika ada luka kecil akibat cukur atau gesekan, pintu masuk kuman terbuka lebar.
Dari sisi kesehatan reproduksi, kebiasaan ini juga tidak bijak. Kelembapan berlebih dan mikroba asing dapat mengganggu keseimbangan alami kulit dan mukosa.
Tubuh memang punya sistem imun, tapi jangan memaksanya kerja lembur tiap pagi hanya karena kita malas menunggu jemuran kering.
Kesimpulannya sederhana dan tegas: bergantian pakai celana dalam dengan teman itu berisiko dan sebaiknya dihindari.
Solusi ilmiahnya juga tidak rumit. Sediakan stok cadangan, pilih bahan yang cepat kering, dan pastikan pencucian menggunakan deterjen dengan pengeringan sempurna di bawah sinar matahari.
Dalam kondisi darurat ekstrem, lebih aman tidak memakai celana dalam sebentar daripada memakai yang sudah dipakai orang lain—kulit masih bisa bernapas, mikroba orang lain belum tentu ramah.
Hidup anak kos memang seni bertahan, tapi urusan kesehatan bukan tempat untuk improvisasi sembrono. Tubuh mengingat apa yang kita anggap sepele.
