Header Ads Widget


Saat mendapatkan penetrasi, vagina bisa basah. Banyak orang menyederhanakan ini sebagai “air mani perempuan”, padahal prosesnya jauh lebih kompleks dan menarik. 

Tubuh perempuan dirancang sangat cerdas: respons pelumasan adalah mekanisme biologis untuk melindungi jaringan vagina agar tidak lecet, meredakan gesekan, dan mendukung kenyamanan serta kenikmatan saat berhubungan intim.

Pelumasan biasanya mulai muncul sejak adanya rangsangan seksual, bukan hanya ketika penis sudah masuk. 

Rangsangan visual, sentuhan, ciuman, bahkan fantasi saja bisa memicu otak mengirim sinyal ke saraf di area panggul. Pembuluh darah di sekitar vagina akan melebar dan terjadi peningkatan aliran darah. Kondisi ini disebut vasokongesti.

Saat pembuluh darah melebar, cairan akan merembes melalui dinding vagina sebagai bentuk transudasi—mirip dengan embun yang muncul di permukaan botol dingin. Cairan inilah yang kemudian disebut pelumas alami.

Tapi pelumas vagina bukan satu-satunya cairan yang bisa muncul. Ada beberapa jenis cairan yang mungkin keluar selama berhubungan:

Satu: Cairan pelumas vagina Teksturnya bening atau agak keruh, licin, dan tidak berbau menyengat. Cairan ini berasal dari rembesan dinding vagina dan bertujuan mengurangi gesekan saat penetrasi.

Dua: Cairan dari kelenjar Bartholin Di bagian bawah lubang vagina terdapat sepasang kelenjar kecil bernama Bartholin yang menghasilkan cairan lembut untuk tambahan pelumasan. Biasanya jumlahnya sedikit tapi sangat penting sebagai pelicin awal.

Tiga: Cairan dari serviks (leher rahim) Serviks bisa mengeluarkan lendir yang berubah-ubah konsistensinya tergantung siklus menstruasi. Saat subur, lendirnya lebih elastis seperti putih telur. Saat sanggama, lendir ini sering ikut keluar dan menambah sensasi basah.

Empat: Ejakulasi perempuan Fenomena ini masih sering bikin orang bingung. Ejakulasi perempuan bukan mitos. Cairan ini dikeluarkan oleh kelenjar Skene, mirip prostat mini. Jumlahnya bisa beberapa tetes sampai memancar (yang sering disebut “squirting”). Komposisinya mengandung enzim PSA dan kadang sedikit urine, sehingga tidak selalu bening sempurna. Ini berbeda dari pelumas vagina.

Jadi ketika vagina basah saat penetrasi, itu bukan sekadar tanda “terangsang” secara psikologis, tetapi proses biologis yang sangat kompleks. Kalau tubuh menghasilkan pelumasan dengan baik, tandanya sistem reproduksi bekerja sehat dan respons seksualnya bagus.

Kalau sebaliknya—vagina terasa kering dan penetrasi sakit—itu bisa disebabkan stres, kurang foreplay, infeksi, efek obat tertentu, atau perubahan hormon seperti pasca-melahirkan dan menopause. Kondisi seperti ini bukan aib dan bisa diperbaiki, misalnya dengan komunikasi pasangan, pelumas tambahan, atau bantuan medis bila perlu.

Tubuh selalu memberi sinyal. Tugas kita membaca dengan jujur, bukan menilainya dengan mitos.

Post a Comment

Kasih koment di sini bro, met nikmatin isi blognya ya, keep safety